BAB
III
GAMBARAN
KAWASAN DAN KONSERVASI
Lokasi Kebun Raya Bogor
Kebun raya
bogor yang berlokasi di Jl. Ir. Haji Djuanda
No.13, Paledang, Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16122.
Sumber
: google maps
Kebun Raya Bogor tidak hanya sebagai bentuk kekayaan alami
milik bangsa tetapi juga merupakan salah satu bentuk warisan budaya bangsa yang
perlu untuk dipelajari, dilestarikan, dan dibanggakan, serta memiliki nilai
budaya dan estetika yang tinggi hingga saat ini. Kebun Raya Bogor merupakan
miniatur dari keanekaragaman Indonesia.
Gambar 3.1
Kebun Raya Bogor Bagian Dalam
Sumber : http://www.liburananak.com/id/kids-holiday-spots/9-gardens/126/kebun-raya-bogor-with-kids
Pada landskap dan Arsitektur Kawasan Kebun Raya Bogor,
bangunan pekantoran yang berada di blok deket pintu utama memiliki gaya
arsitektur barat yang di tropiskan (tropis indice) dan struktural kolonial
karena daerah Indonesia adalah daerah tropis. Bangunan yang seperti ini
biasanya dindingnya berwarna putih atau kuning muda seperti bangunan
perkantoran-perkantoran perkebunan (bangunan kuno). Bangunannya besar dan
tinggi serta dindingnya sangat tebal. Pada bagian atapnya terdapat cerobong
asap, di daerah asalnya cerobong asap ini berfungsi sebagai tempat pengeluaran
asap dari tungku penghangat ruangan pada saat musim dingin, namun di daerah
tropis cerobong asap ini tidak begitu berguna karena di Indonesia hanya
memiliki dua musim yaitu panas dan dingin. Untuk sudut-sudut atap lebih
tajamnya dari gaya asalnya merupakan adaptasi daerah tropis agar air hujan yang
di atap mudah turun. Taman-taman yang bergaya arsitektur inggris memiliki
keunikan tersendiri seperti tanaman yang ditanam biasanya berupa rumput dan
pohon-pohon tinggi seperti pisang kipas serta penataan tanamanyang
berbelok-belok. Tujuannya dari penataan tersebut agar memberi kesan luas pada
tanaman dan sebagai jalur sirkulasi udara.
Tampak bangunan dapat dilihat secara vertical maupun
horizontal, dimana pembagiannya masing-masing tapak berbeda.untuk tampak
bangunan yang dilihat secara vertical meliputi tiga bagian, antara lain:
kaki,badan, dan kepala. Pada batas bagian antara badan dengan kepala biasanya
terdapat hiasan tertentu dengan ukuran yang sederhana. Sedangkan untuk tampak
bangunan secara horizontal juga dibagi menjadi tiga, yaitu bagian tengah, sayap
kiri, dan sayap kanan. Hal ini dipengaruhi oleh axis yaitu menghubungkan titik
satu dengan titik lainnya, simetris, dan ciri bangunan klasik.
Bangunan-bangunan di daerah dingin biasanya catnya berwarna gelap yang
bertujuan untuk menyerap panas sehingga suhu didalam bangunan terasa lebih
hangat. Pada arsitektur Yunani terdapat kolom diantaranya dorik, ionik, dan
terotion. Arsitektur Romawi biasanya dicirikan dengan adanya lengkungan
setengah lingkaran.
Gambar 3.2
Istana Bogor
https://megapolitan.antaranews.com
Berdasarkan bentuk bangunannya, Istana Bogor memiliki gaya
eklektik (gaya bangunan setelah zaman klasik) yang merupakan penggabungan dari
berbagai macam kebudayaan, yaitu Yunani, Renaissan, dan Romawi. Gaya Yunani
dicirikan dengan adanya pilar-pilar tiang yang membentuk ionic (pilar atas
berbentuk seperti tanduk), Doric (pilarnya polos), atau corentian (pilar atas
berbentuk bunga), dan banyaknya patung. Gaya Renaissan dicirikan dengan bentuk
bangunan yang simetris dan tripartis, yaitu memiliki sisi kanan,sisi kiri, dan
sisi tengah serta dengan struktur monumental,mewah, dan diikuti dengan dengan
elemen utama air (kolam) dan tanaman (kelompok tanaman). Selain itu terdapat
pula tiga bagian bangunan,yaitu tangga, badan rumah dan atap. Adapun gaya Romawi
dicirikan dengan adanya bentuk kubah pada bagian atas bangunan. Penataan
tanaman hijau disekitar bangunan Istana Bogor sudah cukup baik. Hal ini dapat
terlihat dari berbagai kombinasi tanaman bunga, palem, teh, rumput, elemen air,
dan juga berbagai pohon besar lainnya yang disesuaikan dengan gaya-gaya klasik
yang simetrik. Namun untuk tanaman air perawatannya belum cukup maksimal
Bangunan istana Bogor berarsitektur Yunani, dimana bangunannya itu simetris dan
adanya sumbu yang membagi dua, contohnya pada segitiga bagian atasnya.
Gambar 3.3
Tugu Kebun Raya Bogor
Sumber : https://kumparan.com
Jembatan ini disebut juga sebagai jembatan gantung, dengan
tekstur bangunan yang unik. Jembatan ini sudah sangat tua, setiap melewatinya
dibatasi sampai 10 orang demi kenyamanan dan keselamatan pengunjung. Jembatan
ini merupakan aliran dari sungai kali ciliwung.
Gambar 3.4
Jembatan Gantung
Sumben :
Wisatapuncak.net
Taman Astrid dibangun untuk memperingati kunjungan Putri
Astrid dan Pangeran Leopold dari Belgia pada tahun 1929. Jalan Astrid terbagi
menjadi dua jalur yang dibatasi oleh bunga tasbih yang berwarna merah dan
kuning dengan daun berwarna cokelat kehitaman yang melambangkan warna bendera
negara Belgia. Pola yang ditunjukkan ketika pengunjung memasuki jalan Astrid
ialah harmonis, geometrik dan simetris tetapi tak kaku dan tak tertutup. Elemen
utamanya yakni air (kolam dengan air macurnya) dan kelompok tanaman, dengan
repetisi hijau daun dan warna bunga tasbih yang semakin memperkaya penglihatan.
Selain meneduhi kedua tepi jalan, pohon damar juga sangat tepat difungsikan di
taman Astrid karena pengunjung yang datang sering piknik berada di bawan pohon
tersebut. Di Taman Astrid sangat terasa taman inggrisnya, di mana padang rumput
yang luas dan kolam yang ada semakin membuat pengunjung merasakan keindahan dan
kenyamanan.
Gambar 3.5 Taman Astrid
Sumber : Google Pictures
Presevasi yakni perlindungan untuk lanskap yang paling
sensitif dan kritis. Lalu lintas pedestrian yang bergerak pada bidang dasar
sensitif terhadap tekstur permukaan yang akan menentukan jenis lalu lintas dan
kecepatannya. Tekstur tertentu tidak saja akan menentukan jenis kelas
penggunaannya tetapi juga mempunyai daya tarik. Ragam tekstur seperti kerikil,
kerakal, koral merupakan barefoot pada jalur reflexology. Lantai pada jalur
pejalan kaki di Kebun Raya Bogor ada yang terbuat dari batu gico, batu putih,
maupun perkerasan yang berwarna merah.
BAB
IV
KESIMPULAN DAN USULAN
KESIMPULAN DAN USULAN
4.1
Kesimpulan
Adanya cagar alam merupakan bentuk upaya konservasi dari
kawasan ini dari mulai pelestarian, pengembangan dan zonasi karena kebn raya
memiliki peran penting untuk melindungi tanaman langka dan meminimalisir dampak
pemanasan global, di cagar alam ini masyarakat sekitar juga memanfaatkannya
sebagai penunjang ekonomi dengan berjualan souvenir yang dimana selain cagar
alam tempat ini dijadikan objek wisata dari kunjungan bangunan bersejarah
maupun belajar menengenai tanaman.
4.2
Usulan
Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit
pula manfaat yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati
dapat dicegah dengan cara melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman
hayati.
Perlu
digalakan aktifitas yang bertujuan meningkatkan dan melesatarikan
keanekaragaman hayati, antara lain, penghijauan, permbuatan taman kota,
pemuliaan, serta pembiakan in situ dan ex situ.
1.
Penghijauan
Penghijauan
dilakukan dengan cara menanam berbagi henus tanaman di berbagai tempat yang
telah direncanakan, dapat dihalaman sekitar rumah, hutan-hutan yang gundul
akibat penebangan liar, dan tempat lain yang diduga terhindar dari bencana jika
ditanami tumbuhan. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam, tetapi yang lebih
penting adalah merawat tanaman yang ditanam.
2.
Pembuatan
Taman Kota
Pembuatan
taman kota akan mendatangkan manfaat, antara lain meningkatkan kandungan
oksigen, menurunkan suhu lingkungan, menurunkan efek pencemaran udara yang
berasal dari kendaraan bermotor, memberi keindahan, dan meningkatkan
keanekaragaman hayati.
3.
Pemuliaan
Pemuliaan
adalah usaha membuat varietas unggul, tetapi bukan berarti menghilangkan
varietas tidak unggul. Pemuliaan dapat dilakukan dengan perkawinan silang yang
akan menghasilkan varian baru. Oleh karena itu, pemuliaan hewan maupun tumbuhan
dapat meningkatkan keanekaragaman gen dan keanekaragaman jenis.
Pembiakan
In Situ dan Ex Situ
Ada dua cara pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia,
yaitu pelestarian In situ dan Ex situ.
a. Pelesatarian in
situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam hayati di habitat atau
tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan karakteristik tumbuhan
atau hewan tertentu sangat membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke
tempat lainnya.
b. Pelestarian ex situ,
yaitu suatu upaya pelestarian yang dilakukan dengan memidahkan ke tempat lain
yang lebih cocok bagi perkembangan kehidupanya